Hasrat positif biasanya timbul pada keinginan hati manusia untuk melakukan sesuatu yang bersifat positif dan tidak melukai orang lain seperti mengembangkan seni dan kreatifitasnya. Dengan hasrat positif yang terakomodir inilah maka karya seni dengan citra rasa yang tertinggi tercipta. Ketika hasrat seseorang sedang memuncak maka melalui perpaduan ide, seni, dan kreatifitasnya, seorang Leonardo Da Vinci dapat menciptakan sebuah karya seni lukisan yang sangat terkenal. Selain itu, dengan melalui hasrat positif itu pula seorang Thomas Alfa Edision berhasil menciptakan lampu dari percobaannya yang keseribu kali gagal demi untuk kemaslahatan ummat manusia di era setelahnya.
Namun sebaliknya, hasrat negatif biasanya timbul pada keinginan hati manusia untuk melakukan sesuatu yang bersifat negatif terutama lebih pada arah hal-hal untuk memuaskan nafsu dan kehendak hati mereka tanpa memperdulikan dampak dari apa yang telah dilakukannya, baik itu merugikan atau menghancurkan sesuatu yang terpenting hasratnya dapat tersalurkan. Seorang Adolf Hitler melalui kelompok Nazinya rela membantai ratusan dan bahkan ribuan orang-orang Yahudi di Jerman, hal tersebut tidak lain didasari atas dasar untuk memenuhi hasratnya demi membalaskan dendamnya kepada orang-orang Yahudi tersebut. Selain itu, para tentara Israel dengan melalui hasrat negatif yang tinggi rela menghancur-leburkan rakyat Palestina yang berada di jalur Gaza dalam rangka untuk merebut tanah orang-orang Palestina tersebut demi untuk membangun negara Israel di atasnya.
Kedua hal di atas merupakan gambaran dari sebuah hasrat yang timbul dari dalam diri manusia ketika mereka implementasi dan salurkan ke dalam sesuatu. Hasrat tersebut dapat menghasilkan sesuatu yang positif apabila mereka salurkan pada hal-hal yang postif namun akan menjadi sebaliknya apabila mereka lakukan dengan jalan yang negatif. Jadi, hasrat tersebut tergantung atas diri manusia itu sendiri, yang ingin mewujudkannya seperti apa.
Posting Komentar